Senin, 17 Mei 2010

Jazz?

Anggapan masyarakat musik jazz itu adalah musik kaum elite, musiknya kaum gedongan, musik yang hanya digemari dan dinikmati oleh orang orang mapan secara ekonomi, bahkan ada juga yang menyebut kalau jazz itu adalah musiknya orang pintar. Kalau anda sempat menyaksikan film yang sempat menjadi box office di negara kita yaitu “Laskar Pelangi”. Dimana disalah satu adegan digambarkan seorang anak yang sedang mendengarkan radio, dan kebetulan saat itu radio tersebut lagi memutar lagu jazz, dengan spontan dia nyeletuk, “ini namanya musik jazz, musiknya orang pintar”.

Saya tidak tahu pasti kalau scene itu muncul apakah disebabkan karena adanya Mira Lesmana yang kebetulan menjadi produser film itu. Kita tahu Mira Lesmana adalah seorang yang hidup dan dibesarkan di lingkungan musisi jazz, yang jelas di novelnya sendiri tidak ada gambaran seperti itu.

Lantas benarkah anggapan kebanyakan dari masyarakat tentang musik jazz? Jawabnya adalah ya!. Kalau kita melihat realita nya, karena selama ini jazz di Indonesia tampaknya memang selalu di kondisikan seperti itu.

Coba tengok pagelaran atau event event jazz kebanyakan selalu di tempat yang eksklusif macam hotel hotel atau pub pub mewah yang harga tiket masuknya hanya bisa terbeli bagi orang yang punya kantong tebal.

Lantas mengapa jazz bisa seperti itu? Kalau kita berkaca melihat sejarah jazz itu sendiri, yang pada awalnya justru dianggap adalah musik kaum rendahan atau kita sebut saja musik kampungan yang hanya boleh (dalam tanda petik) dimainkan oleh kaum budak berkulit hitam, dimana pada saat itu kaum bule sangat haram memainkan jenis musik ini.

Jazz secara harpiah adalah musik sebetulnya dimainkan dengan salah, karena not not nya sangatlah melenceng dari pakem, not yang dimainkan adalah not not miring yang sepintas terdengar sepert asal bunyi. Tapi inilah keunikan jazz, salah tapi akhirnya dibenarkan. Kasus ini pula yang akhirnya membawa jazz menjadi sasaran penelitian untuk dipelajari baik itu oleh musisinya sendiri hingga doktor dan professor diperguruan tinggi.

Lantas apa sebetulnya yang istimewa dalam jazz? Musiknya atau performer musisinya?.

Kebanyakan orang tidak menyukai jazz karena menganggap musik ini terlalu rumit dan njelimet. Jazz terdengar seperti sebuah irama yang sangat sumbang dan aneh pada kuping orang yang baru mendengar nya apalagi jazz kalau di panggung seolah adalah musik yang individualis karena terkesan dimainkan dengan egois oleh musisinya, seolah musisinya bermain hanya untuk dirinya sendiri. Lihat saja konser konsernya Miles Davis, sekilas ia bermain seperti tak ada musisi lain, dipanggung dia sangat santai seakan akan tidak ada yang menonton, terkadang dengan cueknya dia duduk di stage sambil minum sementara teman satu bandnya lagi asyik bermain. Tapi tahukah anda justru itulah yang menjadi kelebihan Miles Davis. Ia dianggap sebagai seorang musisi yang menjadi tonggak sekaligus pilar sebagai pengembang jazz yang disebut Free Jazz. Ia memainkan musik yang tidak terikat hanya pada satu genre seperti be bop tapi penjelajahan musikalitasnya jauh lebih meluas lagi, hingga apa yang dimainkannya itu adalah sebuah sajian musik yang tidak terbatas hanya sebuah apa yang dinamakan “music box”, Miles Davis mengajak pecintanya untuk tidak berpikir sempit apalagi primitive, ia menyajikan sebuah komposisi musik yang tidak hanya bisa dinikmati pada zamannya tapi akan masih bisa renyah dinikmati pada masa masa yang akan datang, dan itu adalah sebuah era baru buat perkembangan jazz pada masa itu. Jazz menurut Miles Davis bukan hanya sekedar Ragtime, Dixie, Swing atau Bebop saja tapi jazz adalah musik yang sebenarnya sangat mudah beradaptasi dengan perkembangan zaman dan teknologi, jazz adalah musik yang juga sangat terbuka dan fleksible dengan unsur unsur musik luar, baik itu musik rock, country, reggae, folk, klasik dan lain lain bahkan musik tradisional sekalipun. Itulah salah satunya penyebab jazz sampai sekarang terus berkembang hingga menjadi begitu banyak genre.

Jazz memang sebuah musik yang komplikited. Karena dengan banyaknya unsur unsur musik diluar jazz yang melekat dibajunya, ini juga membuat pecintanya semakin bingung dan bertanya tanya apakah benar ini jazz?. Sampai seorang musisi jazz itu sendiri sadar betul apa yang ia mainkan sudah diluar meanstream jazz, hingga untuk mengkategorikannya juga semakin susah, namun sebenarnya ia sendiri pingin jujur dengan publiknya sendiri hingga ia menyebut musik yang dimainkannya adalah World Music, karena sudah sangat tidak jelas batasan unsur musik yang dimainkannya, jazz enggak, rock tidak, r & b juga bukan apalagi klasik atau country atau musik etnik yang juga tidak sepenuhnya benar.

Pembaca mungkin akan agak bingung dengan bahasan kita kali ini. Pada dasarnya saya tidak ingin berpolemik tentang jazz itu sendiri, karena pasti kita tidak akan mendapatkan jawaban yang memuaskan.

Pada suatu malam ditengah hujan yang cukup lebat di Balikpapan, saya dan Agus Setiawan dari Warta Jazz berbincang banyak tentang jazz. Membahas jazz dengan teman yang satu ini memang sangat menarik. Kami akhirnya sepakat kalau di Indonesia jazz menjadi musik elte itu memang disengaja. Karena di negara kita ini jazz belumlah menjadi bagian industri rekaman, jazz masih dikategorikan sebagai rekaman yang masih belum menguntungkan secara ekonomi, karena penjualan rekaman jazz jauh masih kalah dengan jenis musik lain. Namun jazz punya pecinta yang loyal dan ini juga market yang bisa diambil peluangnya, sekalipun belumlah besar secara kwantitas. Satu satunya cara adalah jazz harus dimainkan ditempat tempat yang eksklusif agar musisi jazz kita bisa hidup dan ternyata hal tersebut cukup berhasil. Media seperti TV dan cetak seringkali malah semakin memperkuat image bahwa jazz itu adalah musik elit dengan pemberitaannya. Begitu juga kalau kita lihat di tempat pasilitas umum seperti bandara, restoran dan cape cape mewah seringkali memutar jazz sebagai suguhan backround musiknya. Hal seperti inilah yang semakin memperkokoh image jazz yang eksklusif.

Berbeda sekali realita yang terjadi diluar negeri. Pernahkah anda melihat pengamen jalanan yang memainkan musik jazz di Indonesia? Mungkin hampir tidak ada pengamen pengamen di kota besar macam Jakarta, Surabaya, Bandung dan kota kota lainnya yang mengamen dengan memainkan jazz. Namun di Amerika dan negara negara lainnya banyak sekali pengamen jalanan yang memainkan musik jazz untuk mencari nafkah. Jazz juga disana dimainkan diklub klub kecil bahkan di tempat tempat yang tergolong masih kumuh.

Itulah uniknya jazz, di suatu negara musik ini dianggap sebagai sebuah musik yang punya prestise tinggi, namun di tempat lainnya jazz dianggap juga sebagai musik yang sama dengan jenis musik lainnya.

Jazz juga dianggap sebuah musik yang lebih ber “jiwa” karena lewat jazz musisi mampu berkomunikasi lewat sebuah improvisasi agar dapat berdialog dengan audiensnya, jazz mampu bersinergi dengan keluwesan berbagai etnik dibelahan dunia manapun karena jenis musik ini mampu meluber dengan akar budaya setempat. jazz memang sangat mudah beradaptasi lewat bahasa apapun, itu sebabnya jenis musik ini tampaknya sangat mudah merasuk pada setiap orang, yah bukankah musik itu merupakan bahasa global yang dapat dimengerti dan dipahami oleh setiap orang, itu sebabnya jangan berpikir kalau jazz itu musik yang njelimet, susah dan sebagainya, nikmati saja jazz itu sebagai sebuah hiburan dan anda akan merasakan kalau ternyata jazz itu adalah musik yang asyik untuk dinikmati kok.

Tidak ada komentar: